Mei lalu saya
kekeh beli novel byakusentimeter (5 cm per second) karya makoto sinkai sekitaran
harga 50ribuan. Padahal udah nonton filmnya, tapi saya merasa butuh mendukung
karya makoto shinai ini dengan membeli produk yang sudah ada lisensinya,
jadilah dibeli tu novel. Kecil bentuknya dan kertasnya juga biasa banget, ga
putih, rada abu abu. Tau deh nih penerbitnya kenapa novel sebagus ini kualitas
kertasnya jelek begini, apa karna uangnya udah habis buat beli lisensi dan
biaya produksi lainnya. Saya emang pernah baca sih kalau buat nerbitin novel
dari jepang untuk dilisensikan di indonesia itu butuh dana yang besar dan
perjuangan yang lebih besar pula. Makanya LN (light novel) yang terkenal
dijepang itu semisal Sword Art Online susah banget buat masuk pasar indonesia,
terkait masalah losensi ini tadi. Belum lagi kalau ternyata LN nya ga laku di
indonesia, ruginya bakalan gede banget itu. LN mah beda pamornya sama manga
yang banyak gambar dengan tulisannya yang sedikit. Saya pun sebenarnya lebih
menyukai manga ketimbang LN karna jujur saya agak gimanaaaaa gitu dengan banyak
tulisan, hahaha, ketauan deh kalau ga suka baca.
Tapi belakangan
ini LN banyak diangkat menjadi anime dan itu ceritanya ga kalah seru dari
cerita manga sendiri. Contohnya banya banget malah. Bahkan anime yang saya
tonton dan faforitkan itu asalnya dari LN. Kayak yahari ore no seishun love come
wa machigatteiru, To aru majutsu no index,
boku wa tomodachi wa sukunai, hararaku mao sama dan lain lain nya yang
masih banyak.
Lagi lagi saya
keceplosan membuat pembicaraan yang keluar alur lagi. Ini sebenarnya saya mau
cerita soal novelnya makoto shinkai tadi. Saat saya baca novel ini,
ilustrasinya Cuma di cover doang, beda dengan di LN yang ilustrasi nya rada
banyakan. Tapi bukan ilustrasi tang saya cari di novelnya, tapi feel dari
ceritanya yang mungkin saya lewatkan saat menonton film. Ternyata emang benar
bahwa feel membaca novel dan menonton itu beda. Saya lebih dibawa arus saat
membaca novelnya, karna ada situasi fdan rasa yag ingin digambarkan oleh makoto
shinkai tapi ga bisa tersampaikan lewan film nya. Penggambaran di novel juga
lebih jelas dan emang novelnya bagus banget, jadi saya emang sama sekali ga
menyesal keluar uang untuk memilikinya.
Perasaan yang
sangat menonjol bagi saya saat membaca novel ini adalah “jadi teringat first
love”, hiks. Bagi saya first love itu beda dengan cinta monyet. Bagi saya cinta
monyet itu hanya bertahan sebentar didalam hati dan akan menghilang lebih
gampang dibandingkan dengan cinta pertama yang saya artikan sebagai cinta yang
bisa bikin kita CLBK jika bertemu kembali dengannya, karna cinta yang dulu itu
belum sepenuhnya pudar. Pada kenyataannya sedikit sekali orang yang bisa
berakhir menikah dengan cinta pertamanya. Termasuk juga dengan cerita ini. Hero
nya ga berakhir dengan menikahi sang heroin, mereka bahkan ga ketemu lagi
setelah melakukan first kiss. Pedihnya, heroin nya malah udah tunangan dengan
orang lain. Si hero memenam cinta begitu lama tapi bukan berarti dia ga membuak
cintanya ke yang lain, dia melakukannya tapi merasa tidak cukup dan berakhir
dengan putus. Sampai akhir cerita mereka ga ketemu.
Sebenarnya juga
saya juga belum sepenuhnya melupakan cinta pertama saya,haha. Mungkin saya akan
kembali menyukainya kalau kami mulai bertemu lagi, tpi ntah lah bagi yang
bersangkutan apakah merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasakan. Dan
jikalau nasib saya ternyata sama aja dengan hero di nih novel, hiks, lumayan
perih.
Iseng komen hihi, lagi nyari novelnya mau beli, di gramed habis /sad, trus iseng buka blog ini deh, bagus reviewnya haha saya juga uda nonton filmnya tapi mau beli novelnya juga, karna di animenya ada sedikit pertanyaan dikepala yg mungkin akan terjawab di novelnya, btw saya juga setuju pernyataan situ tentang first love, ah oregairu juga itu LN fav saya mahakarya seri yg satu itu, sayang ga ada di indo haha, maaf asal nongol dan curhat ga jelas cuma greget aja rasanya pengen komen hihi
BalasHapuskarna terbitnya udah setahun yang lalu kali ya, makanya sekarang susah nyarinya di gramed.
Hapuskalau oregairu dilisensi indonesia saya g mikir dua kali buat ngoleksi LN nya, hehe