Bagi yang udah familiar dengan ceria strike the blood
mungkin akan lebih mengerti dengan postingan saya. Mencari review dari anime
ini disini bukanlah hal yang tepat, karna kamu ga kan ngerti sebelum nonton animenya
atau minimal tau sebagian besar ceritanya, karna ini bisa dibilang post
lanjutan dari review. Saya ga bikin review, silahkan cari di blog lain.
Sebelum lanjut dengan postingan yang lain mungkin saya
sedikit beruneg uneg sebentar. Kemaren saya nonton Strike the Blood yang
katanya memiliki heroine yang menyebalkan dengan selalu bilang “iie sempai”. Pertama
kali dengar ada heroine begini dari teman saya, hal pertama yang saya lakukan
adalah tertawa. Ga kepikiran akan menonton nih anime ke depannya. Selang 2
tahun kemudian tepatnya hari ini, tepat saat saya merasa saya mulai menyukai
suara taneda shi, saya piir ga ada salahnya coba dengan 6 episode awal. Ternyata
lumayanlah. Lalu makin lama makin keluar haremnya si kojo, ceritanya makin echi.
Dan kujo nya juga makin dence membuat saya ingin drop menontonnya. Tapi saya
berusaha bertahan. Bosan dengan setiap 4 episode akan muncul satu atau dua
harem baru akhirnya saya tancap gas dari episode 12 ke 21 ampe 24. Dan saya pun
mulai berpikir ini cerita yang lumayan kok.
Sampai di ending saya mulai berpikir berbeda dari penonton
kebanyakan. Saat mereka membenci prase “iie sempai” itu keluar dari mulut
yukina, saya lebih membenci prase “kambenshitekure” dari kojo sebagaimana saya
membenci prase “fukoda” dari anime harem terdahulu.
Tapi sialnya ga sampai disana, saya bukan tipe penikmat yang
hanya nonton sampai di anime, pasti nanti saya cari tau di forum soal apa yang
janggal diotak saya. Kali ini yang bikin saya janggal, kijo pnya dua anak cewek
dari 2 cewek. Artinya ini ga berakhir dengan single romance melainkan 2 atau
harem ending, kalau harem tanpa couple sih saya ga masalah, tapi ini dia
poligami. Gila aja, setelah tau nanti endingnya akan begini saya mulai menyesal
mengikuti series ini.
Saya, cewek, terang aja harem ending terasa tidak
mengenakkan bagi kaum cewek makanya saya benci harem ending. Beda dengan cowok
yang mungkin harem ending adalah impian mereka (impian cowok buaya, hidung
belang, playboy, echi hentai, sukebe, dll yang sejenis).
Ini untuk yang kesekian kalinya saya merasa sangat kecewa
dengan ending LN (walau strike the blood belum ending tapi kan ending romance
nya udah Nampak). Sampai pada titik ini saya jadi begitu membenci anime harem. Saya
benar benar g mau lagi berurusan dengan genre laknat macam harem lagi. Mungkin bsa
dibilang trauma. Saat ini saya juga lagi ngkutin manga harem, saat nih series
tamat nanti, kalau memberikan single couple mungkin trauma saya pada genre
harem akan sedikit berkurang, tapi jika nih manga harem ending lagi atau ngasih
twised g jelas. Say goodbye to harem forever.
Mungin lebh baik dan alangkah baiknya saya mengikuti alur
pada umumnya saja dari pada mencoba memasuki dunia yang sbenarnya bukan area
saya. Alur yang saya maksud adalah baca manga shoujo atau josei aja karna emang peruntukannya buat
cewek dan mengerti apa yang cewek rasakan, dan nonton anime shojo aja biar hati
adem liat kisah romance yang indah. Kalau harem hanya lontaran nafsu dan
kumpulan b*tch aja yang mangkal disana, benar benar tidak enak untuk santapan
batin.
Karna ini membicarakan stike the blood dan ending yang
poligami, mungkin saya akhiri juga dengan tema ini. buat cowok mungkin ini
tontonan yang bagus dan layak dapat ganjaran season 2, bagi saya ini hanya
seperti merendahkan cewek aja karna cewek cewek disini hampir semuanya b*tch. Emang
sih ada semboyan “waifu lu l@c*r”, mungkin karna itu kali heroine heroine di
anime harem banyak yang j*l*ng. ah, menonton strike the blood dan harem lainnya
sedikit membuat saya mengerti tentang arah pikir laki laki, dan ternyata yang
mereka pikirkan adalah sesuatu yang saya anggap “BAHAYA”. Andai saja authornya
ga ngasih tau ending romance nya macam apa, tentu menurut saya akan lebih baik,
karna open ending di anime lebih mengenakkan daripada poligami di akhir LN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saya akan lebih senang jika kamu menyematkan nama kamu di kolom komentar, menurut saya "anonim" bukanlah sebuah nama.