Minggu, 29 Mei 2016

[FANFIC] NISEKOI. Ternyata, kamu lah gadis yang berjanji dengan ku.

Iseng, saya bikin fanfic nisekoi lagi. Kali ini kondisinya setelah chapter 219. perlu diingat kalau ini bukanlah prediksi, hanya sebatas fanfic dari majinasi saya saja. mungkin sedikit agak acak acakan, tapi saya harap pembaca dapat maklum. 
silahkan......................




“arigatou, marika. Aku akan menemukannya dan menyelesaikan hal ini dengannya” gumam raku pelan saat dirinya tengah berlari di tengah belantara menuju bukit yang ditunjukkan oleh marika. Perlahan jalan yang dipenuhi pepohonan itu mulai menampakkan secercah cahaya yang lama kelamaan membentuk cahaya tembus yang besar. Di penghujung belantara itu terhampas padang rumput yang luas. Tidak ada tanda tanda keberadaan manusia disekitar sana, tapi raku tetap menyisir pandangannya menembus suluruh wilayah. Raku mengepalkan tangannya dan mulai lagi berjalan cepat sambil terus melayangkan pandangannya kesana kemari berharap dapat menemukan keberadaan chitoge.
Mata raku terpaku pada batu besar yang terdapat di tengah tengah padang rumput, raku mencoba menghampirinya. Sekelebat ingatannya kembali pada peristiwa 12 tahun yang lalu, tapi sialnya dia belum juga bisa menemukan identitas sebenarnya gadis itu. Bayangan masa lalu tentang pertemuan pertama dengan sang gadis terus terusan berputar di otaknya sampai akhirnya dari balik batu dia melihat benda yang tak asing baginya. Pita merah yang bergoyang goyang ditiup angina, semakin didekati maka dia bisa melihat jelas pita itu masih terpasang pada rambut pirang seorang gadis yang tengah duduk dengan damainya dibalik batu besar itu “disini kamu rupanya” gumamnya.
Chitoge mulai merasa ada keberadaan lain disekitarnya yang mengganggu perasaan tentramnya. Dia mulai berdiri dari posisi duduknya dan tak jauh dari sana hal yang paling tak ingin ditemuinya telah berdiri ingin menghampirinya.
“akhirnya, aku menemukanmu” ucap raku yang dapat jelas di dengar oleh chitoge
“ka..ka…mu, ngapain kamu kesini?” sambil menunjuk raku chitoge dibuat mundur satu langkah saking kagetnya.
“kamu jangan lari lagi, aku tak bisa terima dengan sikapmu yang selalu kabur dari ku. Chitoge, mari kita selesaikan masalah ini” Raku tanpa ragu teru s maju membuat chitoge perlahan mundur beberapa langkah kecil.
“stop disana” teriak chitoge “kamu pikir kamu siapa? Aku merasa tidak memiliki masalah” chitoge mencoba mneguasai dirinya untuk takut dan mundur lagi.
Raku tetap terus berjalan kedepan menghiraukan perintah chitoge. “kenapa kamu pergi? Kenapa menghindari ku? Jawab aku, apa kamu membenciku?”
Chitoge yang tahu kalau g akan mungkin raku akan berhenti menghampirinya mulai tertunduk dan menggigit bbir bawahnya. Dia hanya diam tak menjawab pertanyaan raku yang semakin dekat dengannya. Sambil mengepalkan tangan, chitoge berbalik 180 derjat kebelakang dan mencoba mengambil langkah seribu.
“kamu g akan bisa menggunakan cara yang sama du akli terhadapku” teriak raku yang juga sudah siap stamina untuk adu lari dengan chitoge.
“sial kenapa lari tu anak sekarang bisa lebih cepat” chitoge kian terdesak dan terus berlari menuju hutan penuh pepohonan di depannya. Saat dia kembali melihat posisi raku benar benar hampir menjangkaunya, chitoge menemukan dirinya tak memiliki landasan untuk injakan kaki lagi, sepersekian detik kemudian dia berteriak “ AAAAAAAAAA”.
Raku panic dan langsung berhenti setelah melihat chtoge raib dari pandangan, raku berjalan pelan kedepan dan kaget ada lobang menganga cukup besar disana “apaan ini? jebakan” pikirnya. Raku kembali tersadar akan chitoge dan mulai memanggil manggil namanya “chitoge, kamu mendengar ku. CHITOGE, kamu baik baik saja” raku makin panic saat dia tak menemukan balasan dari dalam lubang itu. Raku mempertajam matanya berharap dapat melihat chitoge di dalam gelapnya lubang tadi. Terkadang matanya menyipit lalu membesar lagi lalu menyipit lagi sampai akhirnya raku bisa menemukan keberadaan chitoge yang tak bergerak di dasar lubang.
Sore kian pekat dan raku masih memutar otak untuk membawa chitoge keatas.
---
Chitoge perlahan mulai membuka matanya, dirinya tersentak saat tak menemukan satupun cahaya yang dapat ditangkap matanya, seketika itu juga dia berteriak sebagai bentuk ekpresi rasa takutnya yang sangat terhadap kegelapan.
“chitoge, tenang, woi, tenanglah” raku menggemgam tangan chitoge mencoba menenangkannya yang histeris dengan phobianya. Raku mengeluarkan handphonenya dan mereka mendapatkan beberapa cahaya yang membuat silau mata mereka. “tenaglah, aku disini untukmu”. Butuh beberapa saat bagi chitoge untuk mencerna apa yang terjadi. Dia mulai sadar tadi dia jatuh masuk lubang dan sekarang dia terdasar kalau raku ada bersamanya dan malah ini lebih dekat dengannya.
Sambil terisak chitoge berkata “kenapa kamu disini, bukankah lebih baik jika kamu tetap diatas dan memanggil seseorang untuk menolongku? Kenapa kamu selalu bodoh begini”
“hah” raku menghela nafas panjangnya “mana mungkin aku tinggalin kamu sendirian disini, aku g akan melakukannya”
Chitoge tersentak, air matanya masih menggenang, dia mulai merasa jantungnya berdetak kian kencang dari biasanya. “ini curang, kamu selalu bertingkah sok keren didepan ku, dan membuat ku terus terusan mencintaimu, kamu curang, ichijou raku” gumam chitoge di dalam hati.
Beep beep…
“sial, batrai hp ku mau habis, kita g bisa lagi mengguankannya sebagai penerang jika mati nanti”
“heeh???” chitoge kaget mendapati sebentar lagi mesti bergelap gelapan lagi. “bener bener g guna, kenapa kamu ikut turun kebawah jika persiapanmu untuk naik keatas itu g ada”
“aku juga ingin menanyakan hal yang sama terhadap diriku, saat aku lihat kamu pingsan dibawah sana aku g bisa mikir lagi dan tiba tiba aku sdah berada dibawah sini denganmu”
“ah, kita harus keluar dari sini secepatnya, harusnya lobang ini g terlalu dalam karna aku masih bisa melihat bntang dari dalam sini” chitoge mencoba bangkit, tapi yang dirasakannya begitu menyakitkan disekitar pergelangan kaki dan lututnya sampai sampai untuk kesekian kalinya dia harus berteriak lagi. “apa apaan ini, semuanya terasa sakit” chitoge kembali terduduk dan bersandar dipinggir lobang.
“kamu g apa apa”, raku menghampirinya dan duduk berhadapan dengan chitoge “aku sudah menebak kakimu pasti terkilir, mungkin tanganmu juga patah, ini bukan lubang yang dangkal. Aku tau saat mencoba turun kesini tadi. Tadinya kukira tebakan ku salah karna kamu sama sekali tidak merasakan sakit apa apa saat bangun, tapi teriakanmu tadi cukup membuktikan bahwa dugaanku benar, kalau begini, akan susah bagi kita untuk keluar”
“raku, kamu bodoh, harusnya kamu g ikutan masuk ke lubang ini” isak chitoge.
“aku juga awalnya mikir gitu, tapi menurutku ini lebih baik untuk g ninggalin kamu sendiri karna aku juga g yakin bisa nemuin tempat ini lagi secepatnya jika aku pergi ninggalin kamu tadi”
Beberapa saat dalam hening, suasana kembali mencekam saat batrai handphone raku beneran habis. Chitoge terkaget sebentar dan menggenggam tangan raku jauh lebih erat dari sebelumnya.
“tenaglah, kita pasti akan keluar besok pagi, aku pastikan itu” ucap raku meyakinkan.  “ jika kamu masih takut, mungkin kita bisa bicara, bukankah takutmu akan hilang jika kamu ngomong? Ngomong bisa bikin kamu lupa sama gelap ini kan?”
“….” Chitoge hanya diam, dia merasa tak ingin ngomong apa apa saat ini. semua tubuhnya masih terasa sakit dan air matanya belum juga mengering.
Perlahan, lubang yang  tadinya sangat gelap mulai memberkas cahaya putih kelabu, raku yang merasakan perubahan itu mendongak kelangit dan tersenyum sementara chitoge masih membenamkan kepalanya pada lututnya.
“chitoge, lihat. Cahaya bulan bisa tembus sampai kesini”
Chitoge yang awalnya ogah ogahan mengangkat kepalanya, saat dia melihat cahaya putih yang mulai terang itu, seketika tersenyum “cantiknya, bahkan bintang yang dapat dilihat makin banyak”
“yah, mungkin karna tadi bulannya ditutup awan besar makanya mereka tak menampakkan diri tadi, tapi syukurlah, setidaknya ini tidak terlalu gelap untukmu”
Chitoge tak melepaskan pandangannya keatas, dan terus terusan mendongak melihat keindahan hamparan bintang yang tak begitu luas kalau dilihat dari dalam lubang. Lama mereka diam hingga akhirnya raku ingin kembali memenuhi tujuannya terhadap chitoge. Chitoge sepertinya juga sudah dapat mengatasi rasa takutnya selama sinar bulan dan hamparan bintang itu tidak meninggalkan mereka malam ini.
“ano sa, chitoge, aku rasa ini saat yang tepat bagimu menceritakan alasan kenapa kamu lari dari ku”
“eh…” chitoge tersentak tak menyangka percakapan ini akan terjadi.
“apa kamu masih membenciku? Apa kamu pergi karna aku berbuat salah padamu?”
“eto, ano… hah, rasanya juga aku g punya tempat untuk kabur lagi” chitoge menarik nafas panjang, diam sejenak, dan kembali menghela nafas. “aku g membenci kamu, hanya saja aku rasa akan lebih baik kalau aku pergi saja”
“itu g menjelaskan apa apa, kamu bahkan selalu kabur saat melihatku. Bukankah itu pertanda kalau ada sesuatu yang mebuatmu g mau ketemu aku?”
“tentu saja” chitoge menunduk “mana bisa aku terus berada disini kalau Cuma akan merasa sakit”
“sakit?”
“baka moyashi, selamanya akan selalu bodoh, akan selalu g peka” chitoge memandang raku dengan sedikit kesal.
“…” raku hanya terheran heran dengan perkataan chitoge.
“ne raku, aku menyukai kosaki, berteman dengannya benar benar sangat menyenangkan, sudah dari dulu aku menginginkan sosok teman sepertinya, dan..”
“dan..”
“aku menyukai mu, bukan perasaan suka sebagai teman, tapi perasaan antara laki laki dan perempuan”
Suasana hening, baik raku dan chitoge sudah tak dapat berkata apa apa lagi.
“kosaki chan juga menyukaimu, bukankah kamu juga merasakan hal yang sama?”
“aa…aku… yah, begitulah.. aku...” raku mencoba mengucapkan sesuatu tapi suara gaduh terdengar dari atas sana.
“OJOU… OJOU… kamu disana? OJOU” itu seperti suara Claude dan Tsugumi yang silih berganti berteriak menunggu respon dari majikannya.
Chitoge tersentak “Claude? Tsugumi?” tak perlu waktu lama bagi chitoge untuk ikutan berteriak menyahut panggilan mereka.
Singkat cerita mereka keluar dari lubang, claude terlihat sangat marah pada raku, tapi chitoge menghentikannya untuk berbuat kekerasan. Saat mereka sampai di jalan utama, pagi sudah menjelang. Mereka disambut oleh kosaki, ruri dan shuu. Saat akan berpisah, tentu saja chitoge, claude dan tsugumi akan berpisah dari kelompok raku, kosaki, ruri dan shuu. Saat itu chitoge yang masih di gendong Claude berbicara pada raku
“pastikan kamu menyampaikan perasaanmu padanya”
“hmm.. tentu  saja” angguk raku.
Chitoge melepas pita merahnya dan menyuruh Claude membawanya pada kosaki. “aku g tau ini  pertemuan kita yang terakhir atau bukan” chitoge menyodorkan pitanya sambil tersenyum pada  “walau begitu,  maukah kamu menyimpan pita ini untukku”.
“chitoge chan, kamu benar benar tidak ingin di sini lagi?” balas kosaki
“hmm, begitulah.. sayounara” Claude dan chitoge pun menuju limosin, sesaat sebelum masuk, chitoge kembali menoleh kepada raku “raku, aku rasa aku tidak membutuhannya lagi” chitoge melempar kunci berlambang bulan yang selalu dibawanya “maaf, sampai sekarang aku masih belum ingat sama sekali tentang janji dulu, mungkin memang bukan aku gadis yang berjanji sama kamu dulu” pintu limosin tertutup, suara deruman mobil mulai terdengar berikut dengan perginya limusin hitam itu dari sekolompok anak SMA.
“aku tak yakin akan melihat chitoge chan dan seishiro chan lagi” keluh shuu.
“tidak akan melihatnya lagi?” pikir raku. “tidak akan kesekolah bareng lagi, g akan belajar bareng lagi, g akan dipukul lagi, g akan kencan boongan lagi, g akan makan ramen lagi, ga kan dimarahi lagi, g akan melihat senyuman nya lagi” sekelebat pikiran itu terus menghantui raku hingga nafasnya terasa sesak, jantungnya berdetak sangat kencang, matanya terasa basah.
“raku… kenapa?” Tanya shuu yang heran melihat kebisuan temannya.
Raku tersentak dan mencengkram bahu shuu “shuu, aku g bisa terima ini, ini terlalu sesak”
Tidak hanya shuu, kosaki dan ruri pun termangu melihat tingkah raku yang begitu tiba tiba.
“woi woi, kenapa nih?”
Raku mulai memegangi jantungnya g berdetak g karuan kayak menahan sakit.
“raku, kamu bodoh” shuu menjitak kepala raku. “Mau mengejarnya?” shuu memberikan senyuman terbaiknya untuk menyemangati raku.
“hah?” raku terlihat kebingungan  karena solusi yang diberikan shuu tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mengejar mobil dengan berlari.
“kamu tau raku, saat kita berpencar mencari chitoge chan, aku menemukan seuatu yang menarik”
“jangan becanda, shuu. Apa yang kamu temukan?”
“jalan pintas untuk mengahadang mobil chitoge chan” shuu menunjuk kearah semak belukar yang kelihatan seperti jurang.
“ichijou kun, kamu harus mengejarnya” ucap kosaki dengan senyum getirnya. Semua tingkah laku raku setelah ditinggal chitoge tadi agaknya membuat kosaki mengerti apa yang dirasakan raku saat ini. “kamu harus benar benar bisa mengejarnya kali ini”
“maaf onodera, aku dan shuu akan menyusulnya, onodera dan ruri carilah jalan yang aman untuk pulang”
“unn” angguk onodera.
Raku dan shuu pun bergegas masuk ke semak yang ditunjukkan shuu tadi. Turunan yang kelihatan seperti jurang tadi ternyata hanya tampak luar saja, aslinya turunan itu bisa dilewati dengan berlari dan tidak terlalu menghalangi untuk bergerak. Shuu menuntun raku sampai ke tepian jalan utama.
“lagian shuu, kenapa kamu sampai tahu jalan pintas ini?”
“aku tau pasti kau akan bisa menemukan chitoge. tadi saat mencari chitoge chan aku melihat ada cewek cantik lewat sini dan aku ikuti, tapi aku malah tersesat dan sampai dijlan raya” jelas shuu sambil berlari
“sialan kamu shuu” pekik raku dalam hati.
“raku, kau lihat itu? Itu jalan rayanya. Oh, sial, bukannya itu mobil chitoge? Kita akan ketinggalan jika g sampai disana pada waktunya”
Mereka pun menambah kecepatan lari mereka, tapi emang sial saat mereka sampai ditepian jalan mobil chitoge baru saja melewati mereka.
“maaf raku, kita g sempat” ucap shuu tersengal sengal.
“siapa bilang g sempat” raku kembali mengambil ancang ancang dan berlari sekuat tenaga mengejar limusin hitam yang membawa chitoge sambil teriak “CHITOGE, TUNGGU, CHITOGE…”. Limusin itu tidak memberikan tanda tanda akan berhenti dan terus melaju sampai, raku belum kehabisan asa buat terus mengejar sampai dirinya tersungkur dan g mampu berdiri lagi. Raku begitu kesalnya sampai tangannya memerah kana mukulin aspal.
Dalam keputus asaannya, raku mendengar suara mobil tepat berhenti di sebelahnya. “raku, kamu g apa apa? Ngapain tidur di aspal?” Tanya gadis yang mendongakkan kepalanya  dari  jendela limusin hitam, wajahnya seperti menyimpan kekhawatiran sekaligus ekspresi kelegaan.
“chitoge? Kenapa?”
Belum sempat chitoge menjawab, shuu sudah datang menyusul raku “yo raku, aku sadar akan kegunaan handphone, jadi aku telpon saja seishirou chan buat bilang kamu jatuh masuk jurang butuh pertolongan secepatnya”
“apa” teriak raku dan tsugumi,
“ho hoi, maiko shuu, kamu jangan mempermainkan saya” tsugumi keluar dari mobil dan menodongkan pistolnya tepat di jidat shuu.
“santai…ehehehehe… raku, bukannya ada yang ingin kamu sampaikan ke pada chitoge chan”
Chitoge dan tsugumi tampak kebingunagan dengan pernyataan raku.
raku mencoba berdiri dan menahan sakit dari luka akibat tersungkur tadi. “chitoge, aku rasa kamu masih membutuhkan ini” raku menggenggan kunci yang dilempar chitoge tadi padanya.
“untuk apa?”
“mungkin kamu tak mengingatnya, tapi sesaat setelah kamu pergi tadi semua memori itu datang kembali padaku, dan..”
“dan?”
“dan, ternyata, chitoge, gadis itu adalah kamu. Kamu yang memberi ku liontin ini, kamu yang berjanji denganku bahwa kita akan bertemulagi 10 tahun setelah berpisah. Dan, ternyata aku belum bisa melupakan cinta masa kecilku dulu”
“baka moyashi, tentu saja aku menginatnya juga” bisik chitoge.
“chitoge, aku tidak ingin berpisah lagi dengan kamu. Ikanaide, onegai (tolong jangan pergi). Ore wa anata ga daisuki da (aku menyukaimu)”
---
Kosaki dan ruri ternyata dijemput oleh supir keluarga kirisaki, sedangkan raku dan shuu pulang naik limosin bareng chitoge.
“chitoge, kenapa kamu gugup gitu? Cepat buka” desak raku
“berisik, ini juga mau dibuka, sabar napa”
Klik..
“hei hei, apa isinya” sorak shuuyang juga penasaran
“ojou, ini bukannya sepasang cincin” kagum tsugumi “tapi ini ukurannya terlalu kecil buat kalian berdua” tsugumi lalu mengernyit saat sadar soal ukuran cincin keduanya.
“hei hei, apa kalian akan bertungangan dengan memakai cincin ini” shuu kembali bersorak.
“huah, bukannya itu terlalu cepat” sanggah raku
“apa salahnya, bukankah janji kita dulu adalah janji untuk menikah, aku rasa tunangan juga…….ga apa apa” dere dere nya chitoge mulai keluar dan membuiat muka raku menjadi merah padam.
“aku rasa juga gapapa” gagap raku “tapi kenapa claude san terlalu diam menanggapi ini” heran raku
“jangan khawatirkan saya ichijou raku, saya seutuhnya sudah mengerti dengan yang namanya cinta. Hah, tentu saja itu karna saya baru saja jatuh cinta, benarkan, seishiro”
Lontaran perkataan claude membuat tsugumi tersedak dan mukanya jadi memerah “apa maksud anda, claude sama, anda g serius,kan?”
“tentu saja saya serius” tegas claude. “saya harap ojou dapat merestui pertunangan saya dengan seishiro” pinta claude
“apa?” seisi mobil kaget kecuali claude
“itu memang kesalahan saya untuk tidak menyadari gender seishiro, saya merasa malu untuk kelalaian saya. Tapi itu adalah masa lalu, saya ingin menatap masa depan saya bersama orang yang saya cintai”
“tsugumi…” bisik chitoge
“saya bahkan belum menyutujuinya” pekik tsugumi
“tentu saja kamu akan menyetujuinya, karna saya pasti akan membuat kamu jatuh cinta kepada saya, cepat atau lambat”
Kelihatan tsugumi udah mau pingsan nahan campur aduk perasaannya kala itu. Walaupun demikian, pertunagan tak resmi raku dan chitoge tetap dilaksanakan di limosin hitam. Karna cincinnya g muat dijari manis, akhrnya mereka masangnya dijari kelingking, haha….


4 komentar:

  1. fanfic yg cukul bagus, tapi endingnya koplak.
    tsugumi x claude gk banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, tsugumixcalaude hanya penambah joke saya aja.

      Hapus
  2. Bang, ufah baca chapter 221 belum? Kalau dilihat dari postingannya abang team chitoge yah? Ane juga sama team chitoge, sumpah bang chp221 nyesek banget.... bisa gk bang bikin fanficnya lagi sesuai alur yg sekarang, gua suka banget sama postingan abang yg dr part1 samapi part3 sama yv ini, pas baca yg ini gua ngerasa sedih pas chitoge masuk mobil sambil kasih kuncinya dia, itu bagian yg gua harap naoshi komi juga bakaln tuangin buat chapter kedepannya, ameeeeennnn

    Gua tunggu kelanjutannya ya bang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barusan baca 221... ngakak saya lihat naoshi komi membalikkan ceritanya.. troll nya gila banget.. saya selalu mikir raku akan cenderung milih kosaki tapi nalurinya g bisa terima kehilangan chitoge dan sadar kalau chitoge lebih dicintainya ketimbang kosaki.

      Hapus

saya akan lebih senang jika kamu menyematkan nama kamu di kolom komentar, menurut saya "anonim" bukanlah sebuah nama.