“onodera”
raku belum bisa menatap onodera tepat dimatanya, pandangannya masih
mencari cara agar sedapat mungin tidak bertatap muka dengannya.
“hai”
begitupun onodera yang menjawab nya dengan nada kaget sambil mukanya
tertegun ke tanah.
“aku
juga menyukaimu. Aku sudah menyukaimu dari saat SMP. Aku sudah lama
ingin mengatakannya padamu tapi selalu saja ada yang menghalangi.
Saat dihadapkan dengan masalah kunci dan liontin itu, aku berharap
kuncimu bisa membuka liontinku, aku berharap memang kamulah yang
berjanji dengan ku 11 tahun yang lalu. Maaf sudah membuatmu
menyatakan pengakuan cinta padaku terlebih dahulu” raku diam
sejenak, menarik nafasnya lagi melihat kearah onodera yang tertunduk
perlahan dan belum terlihat akan menagangkat wajahnya. “tapi..”
raku kembali menggantung kata katanya.
“ta…tapi?”
onodera menanggapi dengan tergagap karna omongan raku terlihat masih
akan berlanjut.
Raku
kembali menarik nafasnya lebih dalam dari yang sebelumnya “aku
menyukaimu, tapi setelah semua yang terjadi belakangan ini aku rasa
aku juga menyukai chitoge. Terdengar seperti pernyataan cowok buaya
darat, maafan aku” kali ini raku yang tertunduk dan memukul mukul
kepalanya dengan tinjunya.
Hening
sesaat sampai tedengar tawa kecil onodera, seketika raku memandangnya
dan terpana dengan senyuman manis onodera yang bercampur dengan raut
wajah yang seakan mengatakan “kamu memang bodoh, ichijou”
“ichijou,
kamu polos sekali. Aku tak menyangka kamu akan mengatakan hal seperti
itu” tampak onodera sedikit rileks dengan suasana ini dibanding
dengan keadaan menegangkan yang tadi, terlihat sedikit kekecewaan
diraut wajahnya, tapi dia berusaha untuk bisa memberikan senyuman
yang mungkin bisa menipu raku. “aku tidak terima diduakan, ichijou.
Jadi kamu harus memilih” lanjutnya.
Melihat
onodera yang mulai sedikit rileks, raku mencoba untuk membuat dirinya
senyaman mungin dengan keadaan membingunkan seperti ini “yah, kamu
benar onodera. Aku juga tidak mau menjadi laki laki buaya”
“jadi?
Ichijou, kamu boleh curhat padaku, aku akan memberikanmu tanggapan”
“benarkah?”
Onodera
menganggukan kepalanya dengan mantap “mm”
“hari
hari ku dengannya mungkin lebih banyak diisi dengan pertengkaran,
tapi saat aku tau dia kan ke amerika lebih cepat, aku tidak ingin dia
meninggalkanku. Ada perasaan dihatiku kalau aku memang harus
menghentikannya, dan terimakasih padamu karna menyemangatiku untuk
membantunya”
Onodera
mengangguk pelan dan memberikan isyarat pada raku untuk melanjutkan
pembicaraannya.
“saat
dia bilang kalau dia menyukai seseorang, aku merasa gelisah. Aneh
bukan? Padahal aku merasa dia hanya teman baik ku” ichijou
tersenyum pahit dengan ucapannya sendiri.
“lalu?”
“saat
dia mendekati ku terkadang dia bisa membuat jantungku berdegub ga
karuan sehingga aku berusaha untuk menghindar darinya. Dan aku begitu
kesal padanya saat dia tidak membertahuku tentang keberangkatannya ke
amerika. Aku merasa kesal sekali, atau aku malah merasa sangat sedih”
raku larut dengan turun naiknya emosi yang dirasakannya saat
mengungapkan tentang chitoge pada onodera.
“kamu
menyadari sesuatu, ichijou” Tanya nodera masih dengan senyum
pahitnya.
“aku
merasa hari hari ku dengannya jadi begitu berharga, aku ga bisa
memungkiri aku merasa kesepian” dengan lirih raku mengungkapkannya
pada onodera. Lalu terlihat raku mengepalkan tangannya lalu berseru
dengan amarahnya “tentu saja aku juga marah dengannya”
“tahan
dirimu, ichijou” terlihat onodera mencoba menenangkan raku yang
dalam mode mengamuk.
“maafkan
aku onodera. Aku tidak bisa menyembunyikannya” raku kembali tenang
karna tidak mau membuat onodera repot dengan tingkahnya.
“apa
karna itu kamu berpikir kamu menyukainya?”
Raku
menjawabnya dengan anggukan “hm, ku rasa begitu”
“lalu
bagaimana dengan ku, ichijou?” tampak onodera memerah sendiri
dengan pertanyaan yang ia lontarkan. “apa kamu sudah bisa
menetapkan pilihanmu?”
Kali
ini terdiam nya lebih lama dari yang tadi, raku hanya bisa kagok
sementara onodera masih menantikan jawaban raku. “gomen onodera,
aku lebih mencintainya” pekik raku yang memicingkan matanya sambil
mengepal kedua tangannya disamping tubuhnya.
Keadaan
hening itu kembali berlangsung, raku mencoba mengintip reaksi onodera
yang masih berusaha tersenyum padanya “aku mengerti”
“kamu
ga marah?”
“kenapa
harus marah. Daripada itu ichojou, kamu harus mengatakan langsung
padanya” saran onodera
Raku
sedikit berpikir lalu bergumam “kamu benar, aku harus mengatakan
langsung padanya”
“kamu
harus segera menyatakan nya kepada chitoge set…..” belum selesai
apa yang akan dikatakan onodera, raku sudah memotongnya
“kamu
benar, aku harus menyatakannya segera. Akan aku pastikan aku
menyatakannya tepat dihadapannya dan membuatnya kaget sebagai
pembalasan dendam ku karna diai pergi seenaknya” raku sepertinya
telah membulatkan tekad dengan mata yang berapi api.
“ichijou,
itu… aku…”
“terimakasih
onodera, aku akan menyusulnya ke amerika” dengan semangat untuk
balas dendam yang tinggi raku berlari meninggalkan onodera yang
tercengang karna ga ngerti dengan reaksi raku.
Onodera
yang tercengang mulai mendapatkan kesadaran tentang apa yang barusan
terjadi . air matanya mulai menggenang dan jatuh, makin lama makin
deras, tapi dia tidak meratapinya, tidak meraung. Onodera menangis
dalam senyum pahitnya. “ichijou bodoh, harusnya kamu dengar dulu
ucapanku sampai akhir. Kalau sudah begini terserah padamu saja”
gumamnya kemudian.
***
Dihari
itu juga raku meminta ijin pergi ke amerika kepada ayahnya. Awalnya
ayahnya bingung dengan kekerasepalaan raku yang ingin berangkat
besok.
“kamu
tau icjihou, kita tidak memiliki keluarga di amerika” terang
ayahnya
“itu
bukan masalah, berikan saja aku alamat Adelt-san, bukankah dia dia
amerika sekarang?”
Lama
raku membujuk ayahnya hingga akhirnya dia diijinkan untuk perg dengan
syarat Ryuu harus ikut dengannya.
“benar
benar masa muda” ledek ayahnya kemudian.
Malam
itu juga raku mengepak barangnya untuk melancarkan serangan balas
dendamnya dengan cara memmbuat chitoge terkejut dengan kedatangannya,
memarahinya sekaligus menyatakan cinta padanya dan memintanya untuk
kembali ke jepang. Sebuah bentuk balas dendam yang aneh tapi dia
sangat ingin melakukannya.
Dikawal
Ryuu, raku memantapkan langkahnya ke amerika.
***
Amerika,
new york
Chitoge
yang didampingi tsugumi berjalan cepat menuju lift di sebuah area
kantor elit di New York. Sambil tersenyum chitoge berkata “aku
lebih suka kamu jadi asisten ku ketimbang jadi bodigurd. Dan lagi
tsugumi, kamu harusnya pake rok, kenapa masih pake setelan bodyguard
gitu?”
“ah,
maafkan saya ojou. Saya hanya merasa tidak nyaman dengan rok. Lagian
selain jadi asisten anda saya juga bodyguard anda”
“hee…”
ungkapan kekecewaan dari chitoge untuk tsugumi. “kamu bisa bacakan
schedule ku hari ini” perintahnya kemudian.
Tsugumi
pun membacakan rentetan jadwal tugas chitoge hari ini dengan mantap,
bahkan terlihat dia tidak membacanya, tapi sudah dihafalnya. “hari
ini akan akan sedikit longgar, ojou. Saya harap anda bisa menikmati
hari ini”
“benarkah?
Aku mulai merasa terbiasa dengan jadwal padat dan jadi menikmatinya.
Aaaahh, apa mama juga merasakan hal seperti ini saat bekerja? Tiba
tiba ada sedikit waktu istirahat, aku jadi ga tau mau ngapain”
“anda
luar biasa sekali, ojou. Ini baru seminggu sejak anda membantu nyonya
hana dalam melakukan negosiasi dengan klien, tapi anda terlihat sudah
menguasainya” kagum tsugumi
“benarkah?”
chitoge hanya tersenyum menanggapinya
“apa
anda berkeinginan melanjutkan kesuksesan nyonya hana?”
Senyuman
chitoge sedikit memudar dan dia pun mulai menghela nafas “aku hanya
ingin bertemu dengan mama, aku ingin memenuhi tantangannya, seberapa
mampu aku bisa menjajal kemampuanku dalam urusan bisnis yang
digelutinya”
“apakah
itu yang membuat anda kembali ke amerika?”
Chitoge
menjawab dengan “hm, mama menjanjikanku akan mengajariku berbisnis
sepertinya dan membantunya jika aku bisa menjadi #1 di sekolah”
“saya
mengerti sekarang, jadi karna itu anda berusaha keras belajar agar
bisa mendapatkan peringkat pertama dan menuntut janji nyonya hana”
“begitulah.
Tapi aku hanya bertemu mama selama 3 hari dan mama meninggalkanku
dengan semua urusan bisnis di new york. Dia bilang aku sudah cukup
mampu, padahal dia baru mengajariku 3 hari. Tsugumi, aku bersyukur
karna masih ada kamu disampingku”
“tentu
saja ojou, saya akan selalu berada disisi anda” lalu tsugumi
melanjutkan ucapannya “tapi ojou terlihat tidak susah dengan semua
urusan ini, anda terlihat mahir”
“aku
rasa juga begitu. Okey tsugumi, kita harus cepat selesaikan urusan
dikantor ini dan menuju ke tempat negosiasi berikutnya. Btw, itu
dekat sekali dengan apartemen kita”
“anda
benar sekali ojou, mungkin anda bisa langsung istirahat setelah
selesai. Tapi ojou, anda melewatkan agenda sebelumnya, anda harus
menjenguk PresDir dari perusahaan XXX yang lagi dijenguk di rumah
sakit”
“hah?
mau bagaimana lagi” chitoge terlihat pasrah menerimanya.
***
“ga
habis pikir ternyata chitoge ga tinggal dengan papa nya” ungkap
raku yang terluntang lantung dijalanan new york setelah sebelumnya
susah payah mencari alamat papa nya chitoge.
“bo-chan,
mungkin ini saatnya kita naik taxi lagi. Aku sudah tidak mabuk darat
lagi” ucap ryuu masih memegang perutnya yang mual.
“dan
kamu, ryuu. Aku ga nyangka kamu bakal mabuk darat begini, bahkan di
pesawat juga mabuk udara. Merepotkan saja” omel raku.
“maafkan
saya bo-chan” ryuu pun mencoba memanggil taxi. “kita harus segera
ke apartemennya chitoge ojouchan, tapi saya malah membuat masalah
bagi anda. Maafkan saya”
“sudahlah
ryuu, aku juga berterimakasih kamu mau nemenin aku”
Taxi
pun tepat berhenti didepan mereka, karna ga begtu pandai English,
mereka hanya memberikan secari kertas bertuliskan alamat apartement
nya chitoge.
***
“aku
benci rumah sakit. Aku tidak suka aromanya” celoteh chitoge setelah
selesai menjenguk Kliennya. “dan lagi, aku benci tersesat di RS se
gede ini” kesalnya.
“maafkan
saya ojou, saya akan menanyakan arah kepada petugas” tsugumi
menghampiri seorang suster yang sedang meuntun kursi roda seorang
pasien wanita. Chitoge mencoba mengikuti tsugumi dengan tampang acuh.
“permisi,
dimana saya bisa menemukan jalan menuju parkiran depan RS?”
Sang
suster menjelaskan dengan rinci sehingga tsugumi bisa mengerti,
sebelum tsugumi sempat memberitahu chitoge tentang jalan keluar,
sebuah suara memanggilnya
“ara,
bukankah ini kirisaki-san. Apa yang kamu lakukan di sini?” seru
suara wanita yang duduk dikursi roda yang dituntun sang suster
penunjuk arah.
“tachibana
marika” chitoge terkaget sadar akan betapa sangat kebetulannya
mereka bisa ketemu disebuah RS di NY. “aku hanya menjenguk klien
ku” dengan cepat chitoge mengubah raut wajahnya kembali normal
“terlihat tidak ada perubahan pada mu”
“kirisaki-san,
aku rasa kamu salah menanggapi pertanyaanku. Apa yang kamulakukan di
NY. Raku-sama menolakmu?”
Chitoge
terlihat sedikit geram “diamlah” lalu kembali menemukan ritme nya
lagi “walaupun aku sangat kesal denganmu tapi aku masih ingin kamu
tetap sehat. Aku ada urusan lain dan harus segera kesana. Maaf tidak
bisa berlama lama reunion denganmu” begitulah akhir perbincangan
singkat mereka. Tsugumi ingin menanyakan soal kata “ditolak”
kepada chitoge, tapi dia urung karna terlihat chitoge kembali kesal.
“ojou,
jangan kesana, nanti nyasar lagi” dan tsugumi akhirnya memutuskan
untuk focus pada jalan menuju ke parkiran plus job berikutnya.
***
“bo-chan,
saya ga sanggup lagi naik taxi”
“kau
payah ryuu, aku ga tau apa aku harus bersyukur atau menyesal
mengajakmu”
Saat
raku keluar dari taxinya, matanya langsung menangkap sosok chitoge
yang keluar dari sebuah gedung bersama tsugumi dan cowok yang masih
muda dengan setelan tuxedo nya. Raku mencoba mengikuti mereka sambil
berpikir apa chitoge dan laki laki itu lagi kencan. Raku jadi larut
dalam kecemburuannya akibat pikirannya sendiri.
“ryuu,
kita harus tetap bergerak. Aku melihat chitoge” bisik raku
Ryuu
terkatung katung mengikuti raku. Mereka memasuki apartement yang
namanya persis dengan yang tertulis di memo yang dikasih papa nya
chitoge ke raku.
“gila,
nih anak tinggalnya dilantai 40” gumamnya saat melihat memo tadi.
“ryuu, kamu lama banget. kalau gitu kamu tunggu dibawah aja”
Karna
sosok chitoge tadi sudah berlalu masuk kedalam lift, raku
berinisiatif untuk menyusulnya dengan lift yang ada disebelah lift
yang dinaiki chitoge tadi. Ga susah untuk mengerti lokasi kamar
apartement nya chitoge dengan memo yang dikasih papa nya chitoge
hingga raku berterimakasih padanya dalam hati. Keingat sosok laki
laki tadi, raku kembali was was dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Saat
pintu lift terbuka, raku kaget karna chitoge dan laki laki itu akan
masuk ke kamarnya. Tanpa mikir raku pun berteriak
“CHITOGE”
Sekelompok
orang yang terdiri dari 4 orang, chitoge, tsugumi, seorang cowok muda
dan seorang cewek dewasa menoleh pada raku. Dengan langkah cepat raku
mengahampirinya untuk segera ingin tau apa yang sebenarnya akan
dilakukan chitoge dengan laki laki itu.
Chitoge
ga bisa menyembunyikan wajah keterkejutannya, begitu pun tsugumi
“Ra…raku, kenapa?” hanya itu yang bisa terlontar dari bibirnya.
***
2
jam berlalu, laki laki muda dan perempuan dewasa itu pamitan pada
tuan rumah dan mengatakan ketidaksabarannya untuk bekerja sama dengan
perusahaan mama nya chitoge, yah, karna klien chitoge ga suka masakan
prancis (harusnya chitoge janjian di restoran prancis bersama ayahnya
sang klien, tapi mendadak ayahnya ada urusan ke eropa lalu digantikan
oleh anaknya yang ga suka masakan prancis) jadinya chitoge menawarkan
untuk negosiasi di apartemennya aja selain itu chitoge mengatakan
masakan yang disajikan di apartemennya sudah kayak masakan hotel
bintang tujuh.
2
jam berlalu, selama itu raku hanya duduk disisi lain kamar
apartemennya chitoge dengan keadaan bingung karna ga ngerti chitoge
dan yang lainnya ngomong apa secara mereka pake bahasa inggris.
2
jam penuh kebimbangan karna raku masih merasa kalau cowok itu adalah
pacar barunya chitoge. Chitoge menyuruhnya masuk tanpa menjelaskan
apa apa selain mengatakan untuk menunggunya selesai dengan laki laki
itu.
“tsugumi,
bisakah kamu memberikan kami ruang buat ngomong berdua”
“baik
ojou” tsugumi pun pergi dari kamar chitoge
“berhentilah
mojok didapur dan duduk disini” perintah chitoge kepada raku.
Chitoge menghempaskan tubuhnya ke sofa, terlihat raut wajah yang
lelah “harusnya aku mendapatkan istirahatku saat ini, tapi aku ga
menyangka akan kedatangan tamu tak diundang”
Raku
mencoba duduk berhadapan dengan chitoge “maaf kalau gitu” ucap
raku tanpa ada rasa menyesal.
Terjadi
keheningan sesaat, chitoge belum juga mau mengalihkan pandangannya
dari langit langit apartemennya ke pada raku.
“jadi,
apa yang mau kamu sampein? Pasti ada kan?” chitoge tidak bergerak
dari posisinya.
“harus
nya ini menjadi ajang marah marahku, tapi kok aku ga bisa
mengeluarkan emosiku, malah seakan akan aku tertelan oleh aura
capeknya chitoge” pikr raku.
“kamu
ga seharusny apergi tanpa bilang padaku”
“maaf
deh” jawab chitoge datar. “lantas?”
“kamu
sama sekali ga merasa bersalah setelah mengatakan maaf, benar benar
mengesalkan” nada bicara raku naik satu tingkat dengan tangan
terkepal diatas lutut.
Chitoge
mengangkat kepalanya dari senderan sofa, sekarang matanya tertuju
pada raku “apa kamu datang hanya buat marah marah soal itu? G baget
alasannya” chitoge memberi senyum sinisnya pada raku, yang membuat
raku tambah kesal.
Raku
mencoba menahan emosinya dan kembali menyampaikan maksudnya “tentu
saja bukan itu aja” jawabnya lirih.
Chitoge
memperbaiki posisi duduknya “lalu?”
Raku
mengumpulkan semua keberaniannya dan tanpa pikir panjang bilang “aku
mencintaimu, jadi kembalilah ke jepang” raku mengatakannya tanpa
memandang chitoge.
Chitoge
termangu mendengar kan raku dan seakan mematung.
“aku
tidak akan mengulang perkataanku lagi, jadi cepat jawab”
“ah,otakku
bahkan belum bisa mencernanya. Aku butuh mendengarkannya sekali lagi”
pinta chitoge masih dalam posisinya yang tadi.
“aku
tidak akan mengatakannya lagi” pekik raku
“kalau
gitu aku ga akan pernah mengerti” sekarang toge melipat tangannya
ke dada menunggu raku mengulangi perkataannya yang tadi. dia bisa mendengarkan apa yang dikatakan raku tadi, hanya saja dia sendiri ga yakin dengan apa yang barusan didengarnya.
Ada
sekitar 5 menit mereka tak bicara, mereka sama sama memperthankan ego
masing masing.
“mm..aku
ingin kamu kembali ke jepang. Bukankah kamu bilang akan disana selama
3 tahun. Ini baru 2 tahun”
“kenapa
kamu ha…”
“karna
aku mencintaimu, jadi kembalilah” potong raku
Hening,
lalu tiba tiba tawa chitoge pecah. Membuat raku kebingungan dan tak
dapat berkata kata. Ga tahan dengan tawaan chitoge yang tanpa henti,
raku mulai kesal
“kenapa
kamu tertawa saat aku berusaha mati matian menahan malu untuk
mengatakan itu padamu” raku merasa kesal dengan tingkah chitoge yang tak terprediksi olehnya.
“hahaha”
chitoge berusaha menghentikan tawanya, tapi saat melihat raku tawanya
kembali kencang.
Dengan
cemberut raku hanya menanti chitoge dengan tawa yang mengesalkan itu.
“maaf”
chitoge menyeka air mata nya karna kebanyakan ketawa. “apa kamu
pikir aku di transfer ke amerika lagi?”
“tentu
saja”
“siapa
yang memberitahumu”
“teman
teman kita”
“apa
karna itu kamu menyusul ku dan menyatakan cinta padaku bahkan
memintaku kembali ke jepang?”
“buat
apa lagi?”
“apa
tidak ada yang memberitahumu?”
“maksudnya?”
“aku
akan kembali ke jepang bahkan tanpa kamu jemput”
“apa?”
“baka
moyashi, kamu bodoh seperti biasanya, hahaha”
“kamu
harus menjelaskan semuanya, aku ga suka terlihat bodoh seperti ini”
“aku
rasa kalau tujuanmu hanya itu kamu sudah mendapatkannya. Sekarang
silahkan kembali ke jepang”
“aku
masih belum mengerti”
“tentang
sekolah. aku sama sekali ga di transfer. Aku hanya menghabiskan
liburan kenaikan kelas di amerika. Hanya itu”
“e??”
Chitoge
kembali tertawa dengan reaksi raku. Lama raku menunggu agar chitoge
berhenti dari tawanya dan kembali memulai pembicaraan
“jadi,
apa kamu masih merasakan hal yang sama terhadapku?”
Chitoge
hanya menatap raku, tawanya reda dan saat tersadar mukanya mulai
memerah “maksudmu?”
Chitoge
terdiam lalu dengan senyuman manisnya dia menjawab “tentu saja aku
membencimu”
“kamu
emang ga pernah jujur dengan dirimu sendiri”
“karna
kamu juga sudah tau, aku juga ga perlu menjelaskannya padamu,darling”
***
Lanjut
epilog, jadi kayaknya, setelah chitoge pernah bilang menyukai raku
sekali, setelah itu raku ga akan mendapatkan kata kata itu lagi dari
chitoge,haha. Resiko punya pacar TSUNDERE akut.
ntah kenapa rasanya kurang puas dengan tulisan sendiri, masih pengen diperbaiki dikit lagi, bukan dari ceritanya, tapi dari cara penulisannya.
awalnya mereka saling menyapa dengan lu dan gua tapi tiba tiba aja pas disini ganti aku dan kamu. bukannya tanpa sebab, tapi pembicaraan lebih akan memiliki feel dengan sapaan aku kamu, sedangkan pembicaraan lu gua mereka pakai saat ga ada moment romance nya atau saat mereka berselisih pendapat, hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saya akan lebih senang jika kamu menyematkan nama kamu di kolom komentar, menurut saya "anonim" bukanlah sebuah nama.