Rabu, 25 November 2015

[FANFIC] Final Girl last part (nisekoi fanfic)


“onodera” raku belum bisa menatap onodera tepat dimatanya, pandangannya masih mencari cara agar sedapat mungin tidak bertatap muka dengannya.
“hai” begitupun onodera yang menjawab nya dengan nada kaget sambil mukanya tertegun ke tanah.
“aku juga menyukaimu. Aku sudah menyukaimu dari saat SMP. Aku sudah lama ingin mengatakannya padamu tapi selalu saja ada yang menghalangi. Saat dihadapkan dengan masalah kunci dan liontin itu, aku berharap kuncimu bisa membuka liontinku, aku berharap memang kamulah yang berjanji dengan ku 11 tahun yang lalu. Maaf sudah membuatmu menyatakan pengakuan cinta padaku terlebih dahulu” raku diam sejenak, menarik nafasnya lagi melihat kearah onodera yang tertunduk perlahan dan belum terlihat akan menagangkat wajahnya. “tapi..” raku kembali menggantung kata katanya.
“ta…tapi?” onodera menanggapi dengan tergagap karna omongan raku terlihat masih akan berlanjut.
Raku kembali menarik nafasnya lebih dalam dari yang sebelumnya “aku menyukaimu, tapi setelah semua yang terjadi belakangan ini aku rasa aku juga menyukai chitoge. Terdengar seperti pernyataan cowok buaya darat, maafan aku” kali ini raku yang tertunduk dan memukul mukul kepalanya dengan tinjunya.
Hening sesaat sampai tedengar tawa kecil onodera, seketika raku memandangnya dan terpana dengan senyuman manis onodera yang bercampur dengan raut wajah yang seakan mengatakan “kamu memang bodoh, ichijou”
“ichijou, kamu polos sekali. Aku tak menyangka kamu akan mengatakan hal seperti itu” tampak onodera sedikit rileks dengan suasana ini dibanding dengan keadaan menegangkan yang tadi, terlihat sedikit kekecewaan diraut wajahnya, tapi dia berusaha untuk bisa memberikan senyuman yang mungkin bisa menipu raku. “aku tidak terima diduakan, ichijou. Jadi kamu harus memilih” lanjutnya.
Melihat onodera yang mulai sedikit rileks, raku mencoba untuk membuat dirinya senyaman mungin dengan keadaan membingunkan seperti ini “yah, kamu benar onodera. Aku juga tidak mau menjadi laki laki buaya”
“jadi? Ichijou, kamu boleh curhat padaku, aku akan memberikanmu tanggapan”
“benarkah?”
Onodera menganggukan kepalanya dengan mantap “mm”
“hari hari ku dengannya mungkin lebih banyak diisi dengan pertengkaran, tapi saat aku tau dia kan ke amerika lebih cepat, aku tidak ingin dia meninggalkanku. Ada perasaan dihatiku kalau aku memang harus menghentikannya, dan terimakasih padamu karna menyemangatiku untuk membantunya”
Onodera mengangguk pelan dan memberikan isyarat pada raku untuk melanjutkan pembicaraannya.
“saat dia bilang kalau dia menyukai seseorang, aku merasa gelisah. Aneh bukan? Padahal aku merasa dia hanya teman baik ku” ichijou tersenyum pahit dengan ucapannya sendiri.
“lalu?”
“saat dia mendekati ku terkadang dia bisa membuat jantungku berdegub ga karuan sehingga aku berusaha untuk menghindar darinya. Dan aku begitu kesal padanya saat dia tidak membertahuku tentang keberangkatannya ke amerika. Aku merasa kesal sekali, atau aku malah merasa sangat sedih” raku larut dengan turun naiknya emosi yang dirasakannya saat mengungapkan tentang chitoge pada onodera.
“kamu menyadari sesuatu, ichijou” Tanya nodera masih dengan senyum pahitnya.
“aku merasa hari hari ku dengannya jadi begitu berharga, aku ga bisa memungkiri aku merasa kesepian” dengan lirih raku mengungkapkannya pada onodera. Lalu terlihat raku mengepalkan tangannya lalu berseru dengan amarahnya “tentu saja aku juga marah dengannya”
“tahan dirimu, ichijou” terlihat onodera mencoba menenangkan raku yang dalam mode mengamuk.
“maafkan aku onodera. Aku tidak bisa menyembunyikannya” raku kembali tenang karna tidak mau membuat onodera repot dengan tingkahnya.
“apa karna itu kamu berpikir kamu menyukainya?”
Raku menjawabnya dengan anggukan “hm, ku rasa begitu”
“lalu bagaimana dengan ku, ichijou?” tampak onodera memerah sendiri dengan pertanyaan yang ia lontarkan. “apa kamu sudah bisa menetapkan pilihanmu?”
Kali ini terdiam nya lebih lama dari yang tadi, raku hanya bisa kagok sementara onodera masih menantikan jawaban raku. “gomen onodera, aku lebih mencintainya” pekik raku yang memicingkan matanya sambil mengepal kedua tangannya disamping tubuhnya.
Keadaan hening itu kembali berlangsung, raku mencoba mengintip reaksi onodera yang masih berusaha tersenyum padanya “aku mengerti”
“kamu ga marah?”
“kenapa harus marah. Daripada itu ichojou, kamu harus mengatakan langsung padanya” saran onodera
Raku sedikit berpikir lalu bergumam “kamu benar, aku harus mengatakan langsung padanya”
“kamu harus segera menyatakan nya kepada chitoge set…..” belum selesai apa yang akan dikatakan onodera, raku sudah memotongnya
“kamu benar, aku harus menyatakannya segera. Akan aku pastikan aku menyatakannya tepat dihadapannya dan membuatnya kaget sebagai pembalasan dendam ku karna diai pergi seenaknya” raku sepertinya telah membulatkan tekad dengan mata yang berapi api.
“ichijou, itu… aku…”
“terimakasih onodera, aku akan menyusulnya ke amerika” dengan semangat untuk balas dendam yang tinggi raku berlari meninggalkan onodera yang tercengang karna ga ngerti dengan reaksi raku.
Onodera yang tercengang mulai mendapatkan kesadaran tentang apa yang barusan terjadi . air matanya mulai menggenang dan jatuh, makin lama makin deras, tapi dia tidak meratapinya, tidak meraung. Onodera menangis dalam senyum pahitnya. “ichijou bodoh, harusnya kamu dengar dulu ucapanku sampai akhir. Kalau sudah begini terserah padamu saja” gumamnya kemudian.
***
Dihari itu juga raku meminta ijin pergi ke amerika kepada ayahnya. Awalnya ayahnya bingung dengan kekerasepalaan raku yang ingin berangkat besok.
“kamu tau icjihou, kita tidak memiliki keluarga di amerika” terang ayahnya
“itu bukan masalah, berikan saja aku alamat Adelt-san, bukankah dia dia amerika sekarang?”
Lama raku membujuk ayahnya hingga akhirnya dia diijinkan untuk perg dengan syarat Ryuu harus ikut dengannya.
“benar benar masa muda” ledek ayahnya kemudian.
Malam itu juga raku mengepak barangnya untuk melancarkan serangan balas dendamnya dengan cara memmbuat chitoge terkejut dengan kedatangannya, memarahinya sekaligus menyatakan cinta padanya dan memintanya untuk kembali ke jepang. Sebuah bentuk balas dendam yang aneh tapi dia sangat ingin melakukannya.
Dikawal Ryuu, raku memantapkan langkahnya ke amerika.
***
Amerika, new york
Chitoge yang didampingi tsugumi berjalan cepat menuju lift di sebuah area kantor elit di New York. Sambil tersenyum chitoge berkata “aku lebih suka kamu jadi asisten ku ketimbang jadi bodigurd. Dan lagi tsugumi, kamu harusnya pake rok, kenapa masih pake setelan bodyguard gitu?”
“ah, maafkan saya ojou. Saya hanya merasa tidak nyaman dengan rok. Lagian selain jadi asisten anda saya juga bodyguard anda”
“hee…” ungkapan kekecewaan dari chitoge untuk tsugumi. “kamu bisa bacakan schedule ku hari ini” perintahnya kemudian.
Tsugumi pun membacakan rentetan jadwal tugas chitoge hari ini dengan mantap, bahkan terlihat dia tidak membacanya, tapi sudah dihafalnya. “hari ini akan akan sedikit longgar, ojou. Saya harap anda bisa menikmati hari ini”
“benarkah? Aku mulai merasa terbiasa dengan jadwal padat dan jadi menikmatinya. Aaaahh, apa mama juga merasakan hal seperti ini saat bekerja? Tiba tiba ada sedikit waktu istirahat, aku jadi ga tau mau ngapain”
“anda luar biasa sekali, ojou. Ini baru seminggu sejak anda membantu nyonya hana dalam melakukan negosiasi dengan klien, tapi anda terlihat sudah menguasainya” kagum tsugumi
“benarkah?” chitoge hanya tersenyum menanggapinya
“apa anda berkeinginan melanjutkan kesuksesan nyonya hana?”
Senyuman chitoge sedikit memudar dan dia pun mulai menghela nafas “aku hanya ingin bertemu dengan mama, aku ingin memenuhi tantangannya, seberapa mampu aku bisa menjajal kemampuanku dalam urusan bisnis yang digelutinya”
“apakah itu yang membuat anda kembali ke amerika?”
Chitoge menjawab dengan “hm, mama menjanjikanku akan mengajariku berbisnis sepertinya dan membantunya jika aku bisa menjadi #1 di sekolah”
“saya mengerti sekarang, jadi karna itu anda berusaha keras belajar agar bisa mendapatkan peringkat pertama dan menuntut janji nyonya hana”
“begitulah. Tapi aku hanya bertemu mama selama 3 hari dan mama meninggalkanku dengan semua urusan bisnis di new york. Dia bilang aku sudah cukup mampu, padahal dia baru mengajariku 3 hari. Tsugumi, aku bersyukur karna masih ada kamu disampingku”
“tentu saja ojou, saya akan selalu berada disisi anda” lalu tsugumi melanjutkan ucapannya “tapi ojou terlihat tidak susah dengan semua urusan ini, anda terlihat mahir”
“aku rasa juga begitu. Okey tsugumi, kita harus cepat selesaikan urusan dikantor ini dan menuju ke tempat negosiasi berikutnya. Btw, itu dekat sekali dengan apartemen kita”
“anda benar sekali ojou, mungkin anda bisa langsung istirahat setelah selesai. Tapi ojou, anda melewatkan agenda sebelumnya, anda harus menjenguk PresDir dari perusahaan XXX yang lagi dijenguk di rumah sakit”
“hah? mau bagaimana lagi” chitoge terlihat pasrah menerimanya.
***
“ga habis pikir ternyata chitoge ga tinggal dengan papa nya” ungkap raku yang terluntang lantung dijalanan new york setelah sebelumnya susah payah mencari alamat papa nya chitoge.
“bo-chan, mungkin ini saatnya kita naik taxi lagi. Aku sudah tidak mabuk darat lagi” ucap ryuu masih memegang perutnya yang mual.
“dan kamu, ryuu. Aku ga nyangka kamu bakal mabuk darat begini, bahkan di pesawat juga mabuk udara. Merepotkan saja” omel raku.
“maafkan saya bo-chan” ryuu pun mencoba memanggil taxi. “kita harus segera ke apartemennya chitoge ojouchan, tapi saya malah membuat masalah bagi anda. Maafkan saya”
“sudahlah ryuu, aku juga berterimakasih kamu mau nemenin aku”
Taxi pun tepat berhenti didepan mereka, karna ga begtu pandai English, mereka hanya memberikan secari kertas bertuliskan alamat apartement nya chitoge.
***
“aku benci rumah sakit. Aku tidak suka aromanya” celoteh chitoge setelah selesai menjenguk Kliennya. “dan lagi, aku benci tersesat di RS se gede ini” kesalnya.
“maafkan saya ojou, saya akan menanyakan arah kepada petugas” tsugumi menghampiri seorang suster yang sedang meuntun kursi roda seorang pasien wanita. Chitoge mencoba mengikuti tsugumi dengan tampang acuh.
“permisi, dimana saya bisa menemukan jalan menuju parkiran depan RS?”
Sang suster menjelaskan dengan rinci sehingga tsugumi bisa mengerti, sebelum tsugumi sempat memberitahu chitoge tentang jalan keluar, sebuah suara memanggilnya
“ara, bukankah ini kirisaki-san. Apa yang kamu lakukan di sini?” seru suara wanita yang duduk dikursi roda yang dituntun sang suster penunjuk arah.
“tachibana marika” chitoge terkaget sadar akan betapa sangat kebetulannya mereka bisa ketemu disebuah RS di NY. “aku hanya menjenguk klien ku” dengan cepat chitoge mengubah raut wajahnya kembali normal “terlihat tidak ada perubahan pada mu”
“kirisaki-san, aku rasa kamu salah menanggapi pertanyaanku. Apa yang kamulakukan di NY. Raku-sama menolakmu?”
Chitoge terlihat sedikit geram “diamlah” lalu kembali menemukan ritme nya lagi “walaupun aku sangat kesal denganmu tapi aku masih ingin kamu tetap sehat. Aku ada urusan lain dan harus segera kesana. Maaf tidak bisa berlama lama reunion denganmu” begitulah akhir perbincangan singkat mereka. Tsugumi ingin menanyakan soal kata “ditolak” kepada chitoge, tapi dia urung karna terlihat chitoge kembali kesal.
“ojou, jangan kesana, nanti nyasar lagi” dan tsugumi akhirnya memutuskan untuk focus pada jalan menuju ke parkiran plus job berikutnya.
***
“bo-chan, saya ga sanggup lagi naik taxi”
“kau payah ryuu, aku ga tau apa aku harus bersyukur atau menyesal mengajakmu”
Saat raku keluar dari taxinya, matanya langsung menangkap sosok chitoge yang keluar dari sebuah gedung bersama tsugumi dan cowok yang masih muda dengan setelan tuxedo nya. Raku mencoba mengikuti mereka sambil berpikir apa chitoge dan laki laki itu lagi kencan. Raku jadi larut dalam kecemburuannya akibat pikirannya sendiri.
“ryuu, kita harus tetap bergerak. Aku melihat chitoge” bisik raku
Ryuu terkatung katung mengikuti raku. Mereka memasuki apartement yang namanya persis dengan yang tertulis di memo yang dikasih papa nya chitoge ke raku.
“gila, nih anak tinggalnya dilantai 40” gumamnya saat melihat memo tadi. “ryuu, kamu lama banget. kalau gitu kamu tunggu dibawah aja”
Karna sosok chitoge tadi sudah berlalu masuk kedalam lift, raku berinisiatif untuk menyusulnya dengan lift yang ada disebelah lift yang dinaiki chitoge tadi. Ga susah untuk mengerti lokasi kamar apartement nya chitoge dengan memo yang dikasih papa nya chitoge hingga raku berterimakasih padanya dalam hati. Keingat sosok laki laki tadi, raku kembali was was dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Saat pintu lift terbuka, raku kaget karna chitoge dan laki laki itu akan masuk ke kamarnya. Tanpa mikir raku pun berteriak
“CHITOGE”
Sekelompok orang yang terdiri dari 4 orang, chitoge, tsugumi, seorang cowok muda dan seorang cewek dewasa menoleh pada raku. Dengan langkah cepat raku mengahampirinya untuk segera ingin tau apa yang sebenarnya akan dilakukan chitoge dengan laki laki itu.
Chitoge ga bisa menyembunyikan wajah keterkejutannya, begitu pun tsugumi “Ra…raku, kenapa?” hanya itu yang bisa terlontar dari bibirnya.
***
2 jam berlalu, laki laki muda dan perempuan dewasa itu pamitan pada tuan rumah dan mengatakan ketidaksabarannya untuk bekerja sama dengan perusahaan mama nya chitoge, yah, karna klien chitoge ga suka masakan prancis (harusnya chitoge janjian di restoran prancis bersama ayahnya sang klien, tapi mendadak ayahnya ada urusan ke eropa lalu digantikan oleh anaknya yang ga suka masakan prancis) jadinya chitoge menawarkan untuk negosiasi di apartemennya aja selain itu chitoge mengatakan masakan yang disajikan di apartemennya sudah kayak masakan hotel bintang tujuh.
2 jam berlalu, selama itu raku hanya duduk disisi lain kamar apartemennya chitoge dengan keadaan bingung karna ga ngerti chitoge dan yang lainnya ngomong apa secara mereka pake bahasa inggris.
2 jam penuh kebimbangan karna raku masih merasa kalau cowok itu adalah pacar barunya chitoge. Chitoge menyuruhnya masuk tanpa menjelaskan apa apa selain mengatakan untuk menunggunya selesai dengan laki laki itu.
“tsugumi, bisakah kamu memberikan kami ruang buat ngomong berdua”
“baik ojou” tsugumi pun pergi dari kamar chitoge
“berhentilah mojok didapur dan duduk disini” perintah chitoge kepada raku. Chitoge menghempaskan tubuhnya ke sofa, terlihat raut wajah yang lelah “harusnya aku mendapatkan istirahatku saat ini, tapi aku ga menyangka akan kedatangan tamu tak diundang”
Raku mencoba duduk berhadapan dengan chitoge “maaf kalau gitu” ucap raku tanpa ada rasa menyesal.
Terjadi keheningan sesaat, chitoge belum juga mau mengalihkan pandangannya dari langit langit apartemennya ke pada raku.
“jadi, apa yang mau kamu sampein? Pasti ada kan?” chitoge tidak bergerak dari posisinya.
“harus nya ini menjadi ajang marah marahku, tapi kok aku ga bisa mengeluarkan emosiku, malah seakan akan aku tertelan oleh aura capeknya chitoge” pikr raku.
“kamu ga seharusny apergi tanpa bilang padaku”
“maaf deh” jawab chitoge datar. “lantas?”
“kamu sama sekali ga merasa bersalah setelah mengatakan maaf, benar benar mengesalkan” nada bicara raku naik satu tingkat dengan tangan terkepal diatas lutut.
Chitoge mengangkat kepalanya dari senderan sofa, sekarang matanya tertuju pada raku “apa kamu datang hanya buat marah marah soal itu? G baget alasannya” chitoge memberi senyum sinisnya pada raku, yang membuat raku tambah kesal.
Raku mencoba menahan emosinya dan kembali menyampaikan maksudnya “tentu saja bukan itu aja” jawabnya lirih.
Chitoge memperbaiki posisi duduknya “lalu?”
Raku mengumpulkan semua keberaniannya dan tanpa pikir panjang bilang “aku mencintaimu, jadi kembalilah ke jepang” raku mengatakannya tanpa memandang chitoge.
Chitoge termangu mendengar kan raku dan seakan mematung.
“aku tidak akan mengulang perkataanku lagi, jadi cepat jawab”
“ah,otakku bahkan belum bisa mencernanya. Aku butuh mendengarkannya sekali lagi” pinta chitoge masih dalam posisinya yang tadi.
“aku tidak akan mengatakannya lagi” pekik raku
“kalau gitu aku ga akan pernah mengerti” sekarang toge melipat tangannya ke dada menunggu raku mengulangi perkataannya yang tadi. dia bisa mendengarkan apa yang dikatakan raku tadi, hanya saja dia sendiri ga yakin dengan apa yang barusan didengarnya.
Ada sekitar 5 menit mereka tak bicara, mereka sama sama memperthankan ego masing masing.
“mm..aku ingin kamu kembali ke jepang. Bukankah kamu bilang akan disana selama 3 tahun. Ini baru 2 tahun”
“kenapa kamu ha…”
“karna aku mencintaimu, jadi kembalilah” potong raku
Hening, lalu tiba tiba tawa chitoge pecah. Membuat raku kebingungan dan tak dapat berkata kata. Ga tahan dengan tawaan chitoge yang tanpa henti, raku mulai kesal
“kenapa kamu tertawa saat aku berusaha mati matian menahan malu untuk mengatakan itu padamu” raku merasa kesal dengan tingkah chitoge yang tak terprediksi olehnya.
“hahaha” chitoge berusaha menghentikan tawanya, tapi saat melihat raku tawanya kembali kencang.
Dengan cemberut raku hanya menanti chitoge dengan tawa yang mengesalkan itu.
“maaf” chitoge menyeka air mata nya karna kebanyakan ketawa. “apa kamu pikir aku di transfer ke amerika lagi?”
“tentu saja”
“siapa yang memberitahumu”
“teman teman kita”
“apa karna itu kamu menyusul ku dan menyatakan cinta padaku bahkan memintaku kembali ke jepang?”
“buat apa lagi?”
“apa tidak ada yang memberitahumu?”
“maksudnya?”
“aku akan kembali ke jepang bahkan tanpa kamu jemput”
“apa?”
“baka moyashi, kamu bodoh seperti biasanya, hahaha”
“kamu harus menjelaskan semuanya, aku ga suka terlihat bodoh seperti ini”
“aku rasa kalau tujuanmu hanya itu kamu sudah mendapatkannya. Sekarang silahkan kembali ke jepang”
“aku masih belum mengerti”
“tentang sekolah. aku sama sekali ga di transfer. Aku hanya menghabiskan liburan kenaikan kelas di amerika. Hanya itu”
“e??”
Chitoge kembali tertawa dengan reaksi raku. Lama raku menunggu agar chitoge berhenti dari tawanya dan kembali memulai pembicaraan
“jadi, apa kamu masih merasakan hal yang sama terhadapku?”
Chitoge hanya menatap raku, tawanya reda dan saat tersadar mukanya mulai memerah “maksudmu?”
“apa kamu masih mencintaiku atau kamu malah membenciku?”
Chitoge terdiam lalu dengan senyuman manisnya dia menjawab “tentu saja aku membencimu”
“kamu emang ga pernah jujur dengan dirimu sendiri”
“karna kamu juga sudah tau, aku juga ga perlu menjelaskannya padamu,darling”
***

Lanjut epilog, jadi kayaknya, setelah chitoge pernah bilang menyukai raku sekali, setelah itu raku ga akan mendapatkan kata kata itu lagi dari chitoge,haha. Resiko punya pacar TSUNDERE akut.
ntah kenapa rasanya kurang puas dengan tulisan sendiri, masih pengen diperbaiki dikit lagi, bukan dari ceritanya, tapi dari cara penulisannya.
awalnya mereka saling menyapa dengan lu dan gua tapi tiba tiba aja pas disini ganti aku dan kamu. bukannya tanpa sebab, tapi pembicaraan lebih akan memiliki feel dengan sapaan aku kamu, sedangkan pembicaraan lu gua mereka pakai saat ga ada moment romance nya atau saat mereka berselisih pendapat, hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

saya akan lebih senang jika kamu menyematkan nama kamu di kolom komentar, menurut saya "anonim" bukanlah sebuah nama.